Laweyan, sebuah kampung tua yang memiliki sejarah lebih panjang daripada Surakarta sendiri. Sudah ada sejak jaman Kerajaan Pajang pada abad XIV, Laweyan dulu adalah pusat perdagangan pakaian. Namanya berasal dari kata "lawe", berarti benang dari kapas yang dipintal. Seorang sesepuh desa bernama Kyai Ageng Henis adalah orang yang bisa dibilang paling berjasa bagi kemajuan daerah ini. Beliau tidak hanya mengajarkan ilmu agama, namun juga mengajarkan ilmu dan seni membatik pada masyarakat sekitar. Seni batik ini terus berkembang pesat hingga sekarang.
Memasuki kampung Laweyan, hampir seluruh rumah penduduk yang umumnya berukuran besar dan megah merangkap fungsi sebagai showroom batik. Mulai dari batik seharga puluhan ribu hingga jutaan rupiah bisa dibeli disini. Beberapa tempat bahkan menawarkan kesempatan untuk melihat langsung proses pembuatannya.
Bagi yang ingin belajar membatik, jangan khawatir karena ada paket kursus singkat yang juga tersedia.
Masuk semakin dalam, tembok-tembok tua dan tinggi berdiri kokoh mengapit gang sempit. Dibaliknya berdiri istana para saudagar batik tempo dulu. Pada masa kejayaannya beberapa ratus tahun yang lalu para saudagar batik ini memang kaya raya, bahkan melebihi kekayaan para bangsawan kraton. Dengan kekayaannya itu, mereka berlomba-lomba membangun istananya masing-masing. Sebagian besar usaha para saudagar ini masih diteruskan oleh generasi berikutnya hingga sekarang. Memasuki showroom batik mereka, kita akan mendapatkan bonus tersendiri. Berbelanja batik sambil menikmati istana megah dengan arsitektur Jawa Kuno yang indah dalam pengaruh gaya Eropa, China dan Islam.
Keroncong, karawitan, dan rebana merupakan jenis kesenian tradisional yang banyak ditemukan di masyarakat Laweyan. Di kampung ini juga dapat ditemukan Makam Kyai Ageng Henis (tokoh yang menurunkan raja-raja Mataram), bekas rumah Kyai Ageng Henis dan Sutawijaya (Panembahan Senopati), bekas Pasar Laweyan, bekas Bandar Kabanaran, Makam Jayengrana (Prajurit Untung Surapati), Langgar Merdeka, Langgar Makmoer, dan rumah H. Samanhudi pendiri Serikat Dagang Islam.
Laweyan juga terkenal dengan bentuk bangunan rumah para juragan batik yang dipengaruhi arsitektur tradisional Jawa, Eropa, Cina, dan Islam. Bangunan-bangunan tersebut dilengkapi dengan pagar tinggi atau "beteng" yang menyebabkan terbentuknya gang-gang sempit spesifik seperti kawasan Town Space.
Kelengkapan khasanah seni dan budaya Kampung Batik Laweyan tersebut membuat Laweyan banyak dikunjungi wisatawan dari dinas dan institusi pendidikan, swasta, mancanegara (Jepang, Amerika Serikat, dan Belanda).
Tak hanya itu, Laweyan juga kaya akan situs sejarah. antara lain masjid tertua di Solo yang dibangun hampir 5 abad yang lalu, serta Museum Samanhudi, salah satu tokoh pergerakan nasional. Masih terus berbenah, Kampoeng Batik Laweyan dengan bermacam pesona wisata yang ditawarkan layak menjadi salah satu tujuan wisata Anda di Solo. Menyusuri kampung tua nan eksotik sambil memanjakan diri dengan aneka koleksi batik cantik akan menjadi pengalaman wisata yang tidak terlupakan.
(copying from yogyes.com dan pasarsolo.com)
KAMPOENG BATIK LAWEYAN - Menyusuri Kampoeng Batik yang penuh estetis
Kamis, 18 Agustus 2011
0 komentar:
Posting Komentar